Sabtu, 11 April 2015

sejarah paskibra


Pengertian paskibra

Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia di 3 tempat, yakni tingkat Kabupaten/Kota (Kantor Bupati/Walikota), Provinsi (Kantor Gubernur), dan Nasional (Istana Negara).


sejarah paskibra

 Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebertulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soekarno, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

  • Pasukan 17 / pengiring (pemandu),

  • Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),

  • Pasukan 45 / pengawal.

  • Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.

Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman

 

PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)


SEJARAH

Berbaris pertama kali dikenal  pada jaman Kekaisaran Romawi pada saat Kaisarnya Julius Caesar, dengan maksud agar pasukan yang berada dibawah kekuasaannya mempunyai rasa tanggungjawab, disiplin yang tinggi dengan melihat hasil lahir, yaitu Kerapihan, kekompakan, Ketertiban dan Kesigapan.

Pasukan Julius Caesar sangatlah terkenal pada jamannya (baca sejarah romawi)


PENGERTIAN

Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik guna menanamkan disiplin, patriotisme, tanggung jawab serta membentuk sikap lahir dan bathin yang diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Sikap lahir yang diperoleh



Sikap lahir yang diperoleh :


Sikap bathin yang diperoleh :



v  Ketegaran

v  Ketangkasan

v  Kelincahan

v  Kerapihan

v  Ketertiban

v  Kehidmatan

v  Kekompakan

v  Keseragaman

v  Kesigapan

v  Keindahan

v  Ketanggapan

v  Kewajaran tenaga

v  Kesopanan

v  Ketelitian


v  Ketenangan

v  Ketaatan

v  Keikhlasan

v  Kesetiakawanan

v  Kebersamaan

v  Persaudaraan

v  Keyakinan

v  Keberanian

v  Kekuatan

v  Kesadaran

v  Konsentrasi

v  Kebiasaan

v  Berani berkorban

v  Persatuan




  Maksud Dan Tujuan


Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :

1)      Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan kewajiban

2)       Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat kebersamaan  


Tujuan dari PBB adalah :

menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.


ABA-ABA

  Macam aba-aba


Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:

a. Aba-aba petunjuk

Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan/pelaksanaan.

contoh:

1. Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK

2. Untuk istirahat – Bubar = JALAN

3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan

pasukan: Pleton II – Siap = GERAK

4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi

5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian penghormatan terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi

contoh:

a. Kepada kepala sekolah – Hormat = GERAK

b. Kepada kepala kantor wilayah – Hormat = GERAK


b. Aba-aba peringatan

Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.

Contoh:

1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN

2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT


c. Aba-aba pelaksanaan

Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan

aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.

Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah:

1. GERAK

2. JALAN

3. MULAI


GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang

menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuhlain, baik dalam keadaan berjalan maupun berhenti.

contoh:

1. Jalan di tempat = GERAK

2. Siap = GERAK

3. Hormat kanan = GERAK

4. Hormat = GERAK


JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan

meninggalkan tempat.

contoh:

1. Haluan kanan/kiri = JALAN

2. Dua langkah ke depan = JALAN

3. Tiga langkah ke kiri = JALAN

4. Satu langkah ke belakang = JALAN

catatan:

Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba

pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan: MAJU

contoh:

1. Maju = JALAN

2. Haluan kanan/kiri Maju = JALAN

3. Melintang kanan/kiri Maju = JALAN


MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan

berturut-turut.

contoh:

1. Hitung = MULAI

2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI


3. Cara menulis aba-aba

a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil, atau semuanya huruf besar.

b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau semuanya huruf besar.

c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.

d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat.

e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan terdapat dua garis bersusun/koma.


4. Cara memberi aba-aba

a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalam keadaan sikap sempurna dan menghadap pasukan.

b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pada saat memberikan aba-aba tidak menhadap pasukan.

contoh :

Waktu pemimpin upacara memberi aba-aba penghormatan kepada Pembina upacara : Hormat = GERAK. Pelaksanaan : Pada waktu memberi aba-aba pemimpin upacara/Danup menghadap ke arah Pembina upacara/Irup sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh pembina upacara/Irup maka dalam sikap “sedang member hormat” Pemimpin upacara/Danup memberikan aba-aba : Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu pemimpin upacara/Danup bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna.

c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki lapangan upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup selesai,Pemimpin upacara/Danup tidak menghadap pasukan.

d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang berjalan atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan dan 3 langkah pada waktu berlari.

e. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kenudian berhenti atau maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan.

f. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat.

g. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan

dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.

h. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama

dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut

besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan

cara yang di”hentakkan”.

i. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai

besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi

pasukan). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-

aba pelaksanaan.

j. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah

“ulangi”

Contoh :

Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat =GERAK. Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU,

IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS

 12 GERAKAN DASAR

Sikap sempurna atau siap Hadap serong kanan Hadap serong kiri Hadap kanan Hadap kiri Balik kanan Lencang kanan Lencang depan Jalan di tempat Hormat Berhitung Istirahat di tempat












Tidak ada komentar:

Posting Komentar